Powered By Blogger

Selasa, 30 Juni 2015

KERIS BETOK BUDA PUSAKA LELUHUR NUSANTARA

KERIS BETOK BUDA PUSAKA LELUHUR NUSANTARA

BETOK BUDA KARYA EMPU RAMAHADI ABAD KE 2 M Peninggalan leluhur Kediri

SEJARAH PARA EMPU
diambil dari berbagai sumber :
1.MPu RAMAHADI atau juga disebut MPu RAMADI. atau MPU RAMAYADI
Beliau hidup di zaman Jawa Kanda di sekitar tahun 125. Dalam ceritera rakyat beliau dianggap salah satu MPu keturunan dewa, dan nyatanya jarang bisa ditemui orang-orang yang ingin mendekati. Beliau mencapai umur sampai 110 tahun, dan meninggal tidak diketahui tempat candinya. Karyanya berupa 3 keris, BETOK BUDA yang diberi nama :
1. Sang LAR NGATAP.
2. Sang PASUPATI.
3. Sang CUNDRIKARUM.
2.MPu SAKAHADI atau juga disebut mPu ISKADI.
Beliau hidup di zaman jaya-jayanya negeri MEDANG SIWANDATA dan mengabdi sang Prabu DEWAKENANGA. Beliau dititahkan oleh sang raja agar membuat keris yang sakti, dan ternyata dalam satu tahun beliau sudah mampu mewujudkan. Karena ketenaran sang mPu tersebut, malahan beliau dibunuh sendiri oleh rajanya. Adapun karyanya tetap hanya 1 (satu) pusaka yang diberi nama : Sang JALAKDINDING atau umum menyebut pusaka sang JALAKJINJING. (tahun +/- 216).
3.mPu SUKMAHADI yang hidupnya di sekitar tahun 230, dan menetap di daerah Jawa Timur. Kalau tidak keliru pada zaman TULYANTO. Beliau membabar satu pusaka saja yang diberi nama : Sang KALA HAMISANI. Setelah membabar pusaka tersebut, beliau tidak mau lagi menjadi mPu. Sebab mempunyai firasat, bahwa karyanya pasti selalu merenggut nyawa orang lain. Dari itu mungkin merasa dosa, sang mPu tersebut segera menyingkirkan diri dari keramaian dunia, yang dalam ceritera rakyat pergi ke Bali mendekati puncak gunung MERBUK, sehingga hilang tidak diketahui candinya.
4.mPu BRAMAKEDALI.
Beliau hidup di zaman negeri MEDANG KAMULAN di sekitar tahun 261. Karyanya berupa 2 (dua) keris. Yang pertama diberi nama : Sang BALEBANG yang diberikan kepada salah satu siswanya dari negeri Mataram (?). Dan karya kedua diberi nama : Sang TILAM UPIH. Konon dalam ceritera setelah Tilam Upih selesai dibuat, sang mPu sendiri kurang begitu menyenangi buah karyanya sendiri itu. Maka Tilam Upih segera dibungkus daun pisang (klaras) dan dibuang di samodra kidul.
5.mPu SAPTAGATI.
Beliau hidup di zaman jaya-jayanya negeri GILINGWESI bersama Prabu NARADIGDA. Beliau membabar pusaka 3 biji berujud keris dan diberi nama :
1. Sang JAKA SERANG.
2. Sang SUPANA SIDIK.
3. Sang JANTRA.
Beliau mencapai umur lebih dari 100 tahun dan meninggal dunia dengan tenang di negeri tersebut. (tahun +/- 265).
6.mPu PUJAGATI.
Hidup di zaman negeri PURWACARITA, disekitar tahun 418. Beliau membabar pusaka 3 (tiga) biji berup akeris, dan diberi nama :
1. Sang SUPANALUK.
2. Sang BANGO DOLOG.
Dalam ceritera sang mPu tersebut mendapat ganjaran raja dari negeri tersebut, sebab ketika negeri timbul keonaran karena mengganasnya perampok yang dikepalai seorang sakti. Dan kebetulan raja perampok tersebut juga bernama Ki BANGO DOLOG, yang matinya juga terluka telapak tangannya oleh pusaka BANGO DOLOG milik sang mPu.
7.mPu SANGGAGATI.
Beliau hidup di zaman negeri PURWACARITA di sekitar tahun 420. mPu tersebut adalah sisawa dari mPu Pujagati yang sudah dipercaya meneruskan bakat sang guru. Tetapi beliau baru berani membabar pusaka, setelah gurunya meninngal dunia karena terkena kata tuahnya sendiri yang dimasukkan ke dalam pusaka babarannya. Mpu Sanggagati membuat pusaka dua macam. Satu dibuat lengkok (luk) bernama : Sang KARAGAN, adapun yang kedua lurus diberi nama : Sang SETAN KOBAR. Sebab dinamakan Setan Kobar karena sewaktu pusaka baru dibuat setengah jadi, besalen tempat perapian sang mPu terbakar habis. Maka setelah keris selesai jadi, pusaka tersebut dinamakan Setan Kobar.
8.mPu DEWAYASA.
Beliau hidup di zaman negeri WIRATHA atau ada yang menyebut negeri JAPARA kira-kira di tahun 522. Beliau membabar 3 (tiga) pusaka yang diberi nama :
1. Sang RON BAKUNG.
2. Sang YUYURUMPUNG.
3. Sang DADAPNGERAK.
9. mPu DEWAYASA II.
Beliau hidup di kala zaman PURWACARITA yang ketiga. Beliau ini adalah cucu dari mPu Dewayasa ke satu yang mengabdi raja negeri Wiratha. Beliau membabar 3 pusaka yang semuanya sengaja disamakan bentuk maupun ricikannya dengan pusaka buatan eyangnya. Karena pembuatan pusaka tersebut tidak secara satu persatu, tetapi membikin tiga sekaligus, maka di dalam cerita mPu Dewayasa II ini seakan-akan ditemui eyangnya dan mencatat peringatan. Diperkenankan melanjutkan membabar ketiga pusaka tersebut, tetapi dilarang untuk menyamai nama-namanya. Maka setelah ketiga keris selesai dibuat, lantas diberi nama bukan Ronbakung – Yuyurumpung dan Dadapngerak, tetapi diberi nama :
1. Sang CARUBUK.
2. Sang KEBOLAJER.
3. Sang KABOR.
 kebo lajer karya empu dewayasa II peninggalan leluhur Kediri
 kebo lajer karya empu dewayasa II peninggalan leluhur Kediri
kebo lajer karya empu dewayasa II peninggalan leluhur Kediri
10. mPu SARPADEWA.
Beliau hidup di zaman negeri Mamenang, karyanya 3 (tiga) keris yang diberi nama :
1. Sang CENGKRONG.
2. Sang DAMARMURUP.
3. Sang CARITA.

damar murup karya mpu sarpa dewa peninggalan leluhur kediri zaman mamenang Sri Aji JayaBaya

Pada suatu ketika beliau didatangi seorang dari negara tetangga, dan dimohon agar rela membikinkan keris untuk dirinya. Karena sang mPu ini tertarik sehingga jatuh cinta kepada nakhoda putri yang memesan keris tersebut, maka beliau segera membuatnya. Perbuatan sang mPu ini segera ketahuan oleh sang raja dari Mamenang. Maka mpu SARPADEWA segera diusir dari negeri tersebut. Dan akhirnya mPu ini setelah menyerahkan pusaka kepada sang nakhoda putri. Maka pusaka tersebut oleh sang Nakhoda diberi nama ; Sang CARITA, atau juga disebut sang PANIWEN.
11. mPu RAMAYADI.
Beliau juga hidup di zaman Mamenang di sekitar tahun 827.
Karyanya 3 (keris) keris yang dinamakan :
1. Sang PANDAWA.
2. Sang KRESNA TANDING.
3. Sang BHIMAKRODA.
Mpu ini sebetulnya bukan asal dari Kawulanegara Mamenang tetapi pendatang dari negeri asing. Hanya saja karena sewaktu di Mamenang merasa dirinya diterima dengan hati terbuka oleh rakyat di situ, beliau meleburkan kebangsaannya menjadi bangsa Mamenang. Dengan keakhliannya menjadi pembuat senjata-senjata tajam, maka lambat laun beliau mencoba untuk membikin pusaka, dan ternyata berhasil, seperti pusaka yang sudah tercatat di atas.
12.mPu GADAWISESA.
Hidup di kala zaman HASTINA kurang lebih dalam tahun 941. Karyanya keris 2 biji yang diberi nama :
1. Sang MEGANTARA.
2. Sang RARASJIWA atau ada yang menyebut RARASDUWA.
13. mPu WINDUDIBYA.
Hidup di kala zaman MEDANGKAMULAN II. Karyanya keris 4 (empat) biji yang diberi nama :
1. Sang PANJISEKAR.
2. Sang CARANGSOKA.
3. Sang PANJIANOM.
4. Sang SEKARGADING.
Beliau dalam catatan adalah seorang mPu yang sangat kaya raya. Sehingga rakyat Medangkamulan lebih mencintai beliau dibanding dengan rajanya. Sebab beliau selalu rela memberi bantuan kepada siapa yang membutuhkan.
14.mPu KANDANGDEWA.
Beliau hidup dalam zaman KAHURIPAN pada sekitar tahun 1045. Konon beliau adalah murid seperguruan dengan seorang mPu juga yang bernama KANWA. Hanya saja sang Kanwa merubah jalan pemikirannya tidak ingin menjadi mPu pembuat keris. Beliau berpendapat bahwa walau bagaimanapun, apa yang berujud senjata, akhirnya pasti digunakan untuk berperang. Maka sang Kanwa lebih menekuni dalam soal kesusasteraan, dan dalam zaman jaya-jayanya raja Kahuripan sang Airlangga, mPu ini ternyata sudah mampu menjunjung dirinya menjadi sastrawan yang agung, sehingga membabar kakimpoi yang berjudul “ARJUNA WIWAHA”. Beliau berpisah dengan mPu Kandangdewa yang melanjutkan cita-citanya agar menjadi mPu kerisyang berbobot. Sewaktu beliau bertapa di pantai samodra kidul, pada suatu malam seakan-akan beliau melihat ada orang meminta pertolongan, karena timbul tenggelam dalam lautan. Dengan tidak memikirkan diri sendiri, mPu Kandangdewa segera mencebur laut untuk menolong orang itu yang sudah kelihatan tenggelam. Namun sang mPu tidak undur malah ikut serta menyusul menyelam agar secepatnya bisa menolong. Setelah beliau merasa bisa menyikap si korban dan segera dibawa kembali muncul di atas air, disitu kelihatan bahwa yang dibawa bukan orang tetapi sebilah keris yang dibungkus daun klaras, yaitu disitu masih terang ada tulisannya yang berbunyi, bahwa keris ini bernama Sang TILAMUPIH. Mulai saat itu Tilam Upih tetap menjadi miliknya. Dalam perjalanan berkelana mPu Kandangdewa bertemu dengan seorang pertapa yang bernama sang Jatinindra, yang sebetulnya beliau adalah bekas raja Kahuripan yalah sang Airlangga. Maka di saat itu mPu Kandangdewa diseyogyakan mengabdi ke negeri Janggala. Dan agar diterima mengabdi, dengan dibantu oleh sang Jatinindra, mPu Kandangdewa dalam satu tahun bisa membabar 3 (tiga) pusaka yalah : Sang SABUKINTEN – Sang JALAK, dan Sang KALAWELANG. Semuanya segera dibawa ke Janggala. Saat itu menjadi pertemuan terakhir antara mPu Kandangdewa dengan Sang Jatinindra (Airlangga).
15.mPu WINDUSARPA.
Hidup di zaman negeri JANGGALA di sekitar tahun 1000-1100. Beliau meninggal dunia mencapai umur 120 tahun. Karyanya sewaktu di Janggala terdiri dari 3 (tiga) keris yang diberi nama :
1. Sang BAROJOL.
2. Sang BETHOK.
3. Sang LARBANGO.
Ada yang mengungkap, bahwa sebetulnya mPu Windusarpa itu adalah mPu Kandangdewa. Sewaktu pertama-tama mPu Kandangdewa menghadap Prabu Jayengrana raja Janggala itu, sang prabu terperanjat, sebab dikira sang mPu membawa ular yang membelit lambungnya. Padahal yang dibawa itu sebetulnya keris Sang Kala Welang. Maka setelah mPu Kandangdewa diterima mengabdi, lantas dirubah namanya oleh sang prabu menjadi mPu WINDUSARPA.
16.mPu WARENG.
Beliau hidup di kala tahun 1100-1103, di zaman negeri PENGGING WITARADYA. Karyanya keris 3 (tiga) biji yang diberi nama :
1. Sang LUNGGADUNG.
2. Sang PANDAWA LARE.
3. Sang SUPANA.
Mpu ini tidak banyak mempunyai ceritera, sebab dalam pengabdiannya kepada raja Pengging Witaradya selalu mendapat hati. Sehingga dalam tiga tahun bisa membabar keris yang baik. Namu setelah menyelesaikan babaran yang ketiga, sang mPu ini meninggal dunia.

17.mPu GANDAWIJAYA.
Hidup di zaman Pengging Witaradya, menggantikan kedudukan mPu Wareng. Eliau mulai menjadi mPu sekitar tahun 1125 setelah beberapa puluh tahun Pengging kosong tiada orang yang dianggap bisa menjadi mPu. Mpu Gandawijaya selama hidupnya hanya membabar keris 3 biji, dan patrem (senajta untuk wanita) 3 biji. Semuanya diberi nama : Sang MENGENG, Sang CARUBUK, Sang BUNTALA. Semuanaya berupa keris. Dan yang berupa patrem diberi nama : Nyi CARANGBUNTALA, Nyi PULUT BENDA, Nyi PUTHUT.


betok buda karya mpu Ramahadi peninggalan leluhur Kediri

betok buda karya mpu Ramahadi  peninggalan leluhur Kediri




Keris Pusaka dimasa lalu adalah perlengkapan busana orang jawa,kegunaanya untuk berperang ,untuk mempertahankan wilayah kerajaan, untuk membela diri,untuk setatus sosial,,untuk di agem ,ageman ,gaman dll,pusaka dibuat dan dipakai oleh orang jawa sejak dulu kala, hingga dimasa kini,pusaka atau keris dibuat bukan untuk disembah atau dijadikan tuhan atau sesembahan.memiliki pusaka itu boleh,memelihara,dan nguri uri budaya peninggalan leluhur iu boleh,yang tidak boleh adalah yang membuat kaum muslim menjadi musrik adalah menyembahnya dan menuhankannya..keris pembuatannya amat rumit karna terbuat dari berbagai logam dan meteor dengan titik didih yang berbeda beda dari setiap logamnya,keris akan selalu tajam dan tidak perlu diasah,ia tajam terus walau sudah berabad abad.keris pusaka sudah menjadi warisan peradaban adiluhung Dunia.




berikut nama nama empu dari berbagai daerah dimasa lalu 


Pejajaran, Jawa Barat :

Empu Windusarpa; Empu Sanggabumi lalu pindah ke Sumatra dan menciptakan pedang Minangkabau yang kuat dan bagus.

Empu Nimbok Sombro, wanita cantik, buah karyanya yang berupa keris juga indah dan sangat dicari oleh para kolektor.
sri denok karya mpu Nimbok Sombro peninggalan leluhur kediri


Majapahit, Jawa Timur :

Empu Supomadrangi, dikenal sebagai Empu Supo atau Empu Jakasuro 1. Raja Brawijaya sangat menyenangi keris-keris buatannya.  Oleh Raja, dia diberi pangkat tinggi dan gelar kebangsawanan dengan nama Pangeran Sendhang Sedayu dan dikawinkan dengan adik raja, selain itu diberi tanah perdikan Sedayu di Jawa Timur.

Empu Supo punya nama yang melegenda dalam bidang perkerisan, orang percaya bahwa dia telah membuat keris dengan tangan telanjang diatas laut. Oleh karena itu dia dijuluki dengan nama Empu Rambang, artinya orang yang bisa membuat keris diatas air.

Empu Supogati, saudara Empu Suro; Empu Jakasuro, anaknya; Empu Wangsa yang mukim di Tembayat; Empu Gedhe yang tinggal di Banyumas, Jawa Tengah.

Semua empu yang bekerja untuk Majapahit disebut Empu Dhomas yang terdiri dari 800 empu dari seluruh penjuru tanah air.


Tuban, Jawa Timur :

Banyak empu Tuban yang adalah pindahan dari Pejajaran, diantaranya lima orang anak Empu Kuwung, yaitu : Empu Rara Sembaga; Empu Bekeljati; Empu Suratman; Empu Paneti; Empu Salaeta. Empu lokal yang terkenal adalah Joko Kajal.


Blambangan, Jawa Timur :

Empu Surowiseso; Empu Kalunglungan; Empu Mlayagati; Empu Cakrabirawa dll.


Madura :

Empu Keleng atau Empu Kasa, ketika di Pejajaran namanya Empu Wanabaya;

Empu Macan, putra dari Empu Pangeran Sedayu, cucunya Brawijaya.


Ketika mukim di Pajang namanya adalah Empu Umyang, lalu pindah ke Madiun dengan nama Empu Tundhung Madiun; Empu Palu, anak Empu Kasa dan Empu Gedhe, anak Empu Palu.


Demak, Jawa Tengah :

Empu Purwosari; Empu Purwotanu; Empu Subur; Empu Jakasupo II.


Pajang, Jawa Tengah :

Empu Cublak; Empu Umyang atau Empu Jakasupo II atau Empu Tundhung Madiun. Sewaktu mukim di Mataram, dia ditunjuk untuk mengepalai 800 orang empu. Untuk pengabdiannya, dia di-anugerahi kedudukan kebangsawanan dengan nama Pangeran Sendhang.

Empu-empu yang lain : Empu Wanagati; Empu Surawangsa; Empu Jakaputut dan Empu Pengasih.


Palembang :

Empu Supo Lembang, keturunan Empu Sedhah.


Mataram, Jogjakarta :

Semasa pemerintahan Sultan Agung, Kerajaan Mataram mempunyai 8oo empu dari seluruh penjuru tanah air. Para empu tersebut diperintahkan untuk membuat senjata termasuk keris dan tombak yang bagus dan kuat untuk dipergunakan para prajuritr menyerang benteng Belanda VOC di Batavia, Jakarta.

Setiap 100 empu dipimpin seorang mantri. Nama ke-delapan mantri tersebut adalah : Empu Tepas dari Semarang; Empu Mayi dari Karang; Empu Legi dari Majapahit; Empu Gedhe dari Pajang; Empu Luwing dari Madura; Empu Guling; Empu Ancer dari Kalianjir dan Empu Salaeta dari Tuban.

Pimpinan ke delapan mantri adalah  Empu Ki Nom atau Pangeran Sendhang. Dia juga disebut Empu Galeng karena dengan tangan kosong mampu membuat keris di-galengan sawah.

Empu-empu Mataram yang lain adalah : Empu Lanang; Empu Suro; Empu Setratoya; Empu Setrakiting; Empu Lujuguna; Empu Setranaya dll.


Kartosuro, Jawa Tengah :

Empu Setranaya III; Empu Sendhangwarih; Empu Taruwangsa;Empu Japan; Empu Braja; Empu Sendhag Koripan dll.


Surakarta, Jawa Tengah :

Empu Brajaguna II; Empu Brajaguna III; Empu Singawijaya. Semasa Raja Paku Buwono X, empunya antara lain: Empu Japan dan Empu Jayasukadgo.


Jogjakarta :

Di Jogja ada banyak empu yang tinggal dibeberapa wilayah Jogja seperti di Kajar, Bener, Imogiri, Ngentha-Entha. Semasa pemerintahan Raja Hamengku Buwono V, salah satu empunya adalah Wangsawijaya yang mendapat pangkat tinggi dengan nama Tumenggung Jayanegara.

Kepala Empu ( Jejeneng dalam bahasa dan istilah Jawa) dimasa Hamengku Buwono V adalah Tumenggung Riyokusumo.

Empu Supowinangun adalah empu semasa Raja Hamengku Buwono VIII yang banyak membuat keris untuk Patih Danurejo VII. Empu lainnya adalah : Empu Lurah Prawiradahana; Empu Bekel Tarunadahana; Empu Jayangpenglaras.

Kepala empu/ Jejeneng empu disaat Hamengku Buwono VIII adalah Empu Wedono Prawirodipuro.


Pakualaman, Jogjakarta :

Empu Ngabehi Kartocurigo 1; Empu Karyocurigo II; Empu Ngabehi Karyodikromo; Empu Mas Saptotaruno dan Empu Joyokaryo.


Arane para empu pandhe lan jamane

DHUWUNG TANGGUH PAJAJARAN
  1. Empu ki keleng
  2. Empu ki luwung
  3. Empu ki loning
  4. Empu ki angga
  5. Empu ing pagelen
  6. Empu ki sikir, dhusun tapan
  7. Empu ki siyung wanara, nalika taksih jumeneng bupati arya banyakwidhe

DHUWUNG TANGGUH TUBAN
  1. Empu ki panekti
  2. Empu ki suratman
  3. Empu ki  modin
  4. Empu ki galaita
  5. Empu ki bekel jati
  6. Empu ki supadriya
  7. Empu ni mbok sombro
  8. Empu jirak

DHUWUNG TANGGUH MADURA
  1. Empu ki kasa
  2. Empu ki macan
  3. Empu ki kacang
  4. Empu ki tuju Madura

DHUWUNG TANGGUH BLAMBANGAN
  1. Empu kimendhung
  2. Empu ki tembarok
  3. Empu ki supagati
  4. Empu ki pangeran pitrang

DHUWUNG TANGGUH MAJAPAHIT
  1. Empu ki supadriya
  2. Empu ki supagati
  3. Empu ki jaka supa (supa enom)
  4. Empu ki jigja
  5. Empu ki angga – cuwiri
  6. Empu ki singkir wanabaya
  7. Empu pekulun, tegesipun : pakempalanipun para empu nalika wonten nagari majapahit. Kados ta : dhusun taruwangsa, majasta, banyubiru, tembayat, serang, (tuntang), lan sapanunggalipun.
  8. Empu koripan

DHUWUNG TANGGUH SEDAYU
  1. Empu pangeran sedayu
  2. Empu karerehanipun pangeran sedayu, utawi para sakabat sedaya.

DHUWUNG TANGGUH JENU (CELAK ING JIPANG)
  1. Empu adipati jenu, inggih jaka sura

DHUWUNG TANGGUH TIRIS-DAYU
  1. Empu ki siki

DHUWUNG TANGGUH SETRA-BANYU, ING DUSUN TESIH
  1. Empu ki setra

DHUWUNG TANGGUH MADIUN
  1. Empu ki kodhok, inggih supa nom
  2. Damelanipun para sakabat

DHUWUNG TANGGUH DEMAK
Empu………………?
DHUWUNG TANGGUH CIREBON
Empu………………?
DHUWUNG TANGGUH KUDUS
Empu……………..?
DHUWUNG TANGGUH PAJANG
  1. Empu ki umyang
  2. Damelanipun para sakabat.

DHUWUNG TANGGUH PAJANG MATARAM
  1. Empu ki arya japan

DHUWUNG TANGGUH MATARAM
  1. Empu ki umaji
  2. Empu ki legi, iku putrane empu lanang putrane ki supagati ing jaman majapahit
  3. Empu ki guling
  4. Empu ki nom
  5. Empu ki pangeran sendhang
  6. Empu ki tepas, turune ki salatea
  7. Empu ki mayi, putrane ki sokawiyana
  8. Empu ki gedhe, iku putrane empu cubluk
  9. Empu ki luwing, buyute empu kasa
  10. Empu ki kalianjir
  11. Empu ki tundung (empu ki jakasupa), putrane pangeran sidayu
  12. Empu ki lanang, wis tuwa, putrane ki supagati ing jaman majapahit
  13. Empu ki sura
  14. Empu ki setratoya (jakasupa), putrane pangeran sendhang kang pambarep
  15. Empu ki setrakithing, putrane pangeran sendhang kang pangulu
  16. Empu ki setranaya knag sapisan putrane empu setrakithing
  17. Empu ki lujungna kang sapisan, putrane empu setranoya
  18. Empu ki setranaya kang kapindho, iku putrane empu setranaya kang sapisan
  19. Empu ki lujungna kang kapindho, iku putrane empu lujungna kang sapisan


DHUWUNG TANGGUH NGENTA-ENTA
Empu……………? Ing mataram
DHUWUNG TANGGUH KARTASURA
  1. Empu ki lujungna
  2. Empu ki macan

DHUWUNG TANGGUH SURAKARTA
  1. Empu ki setranaya kang kaping telu, iku putrane empu setranaya kang kapindho ing jaman kraton mataram
  2. Empu ki sendhang warih, iku putrane empu setranaya kang kaping telu
  3. Empu ki taruwangsa
  4. Empu ki lujungna kang kaping telu, iku putrane empu lujungna kapng kapindho ing jaman krataton mataram
  5. Empu ki japan
  6. Empu ki braja
  7. Empu ki lujungna kang kaping papat iku putrane empu lujungna kang kaping telu
  8. Empu ki sendhang koripan, iku putrane empu sendhangwarih
  9. Empu brajaguna kang kapindho, iku putrane empu brajagona kang sapisan
  10. Empu ki brajasentika, iku adhine empu brajaguna kang kapindho
  11. Empu ki semargati, iku putrane empu sendhang koripan ing jaman kraton kartasura
  12. Empu ki supajaya
  13. Empu ki brajaguna kang kaping telu, iku putrane empu brajaguna kang kapindho
  14. Empu ki carangmustapa
  15. Empu ki samara
  16. Empu k sanaboma
  17. Empu ki jakariya
  18. Empu ki tirtadangsa
  19. Empu ki singawijaya
  20. Empu ki sawijaya
  21. Empu ki japan
  22. Empu ki supa
  23. Empu ki brajakarya
  24. Empu ki rejeng (ki pethik saka panitikadga)
  25. Jaman panjenengan dalem sampeyan dalem ingkang si nuhun kanjeng susuhunan pakubuwana ingkapng kaping sakawan empu brajaguna
  26. Jaman panjenengan dalem sampeyan dalem ingkang sinuhun kanjeng susuhunan pakubuwana ingkang kaping gangsal empu brajaguna
  27. Empu ki tirtadangsa ing mangkubumen
  28. Yasan dalem sampeyan dalem ingkang sinuhun kanjeng susuhunan pakubuwana ingkang kaping sanga
  29. Empu ngabehi jayasukadga, ngabehi japan, ngabehi singawijaya bekel brajasetomo
  30. Yasan dalem sampeyan dalem ingkang wicaksana ingkang sinihun kanjeng susuhunan pakubuwana ingkang kaping sadasa, empu ngabehi jayasukadga, ngabehi wirasukadga, ki mangunmalela


3 komentar:

  1. Banyak bermanfaat sekali bagi Generasi Muda untuk mencintai warisan leluhur yang berbudi luhur dalam uri uri Kabudayan... Terimakasih... Salam santun budaya...🙏☝👍👋

    BalasHapus
  2. Kok seorang Mpu dlm hidupnya cuma sedikit bgt buat Keris? Ada Mpu yg umurnya sampai 120 thn tp cuma bikin 3 buah Keris? Kok gk produktif bgt ya?

    BalasHapus
  3. sae sanget wedaranipun, saget dados tmbahipun ngilmu....

    BalasHapus